9.14.2010

d'

Lengkung garis di bibirnya bak bulan pertanda malam, sabit di hari pertama awal bulan, pelangi mesra penuh warna, kuharap itu terlihat setiap saat. *saya yakin ia begitu*. Bening di bawah pelipis, laksana embun di atas daun, cermin tatkala gundah, sedih bahkan gembira. Dan apa pun takkan menghapusnya.

*Satu harapan yg tak semestinya* terlalu terlena saya olehnya. Sosok sempurna dalam setengah tahun ini. Saya memang menikmatinya, entah itu senang atau bahagia, hah ? *kenapa tak ada opsi sakit atau sedih ?*, entahlah, dari sekian *banyak* sikap tak acuhnya kepada saya, tak sedikit pun saya merasakan hal itu . Beri satu saja alasan ! mengapa saya harus melupakannya ? sebenarnya, takkan pernah ada jawaban “karena” untuk pertanyaan “mengapa”ku itu *tapi benar, ia memang terlalu sempurna, saya akan absolut jika memilikinya. Dan itupun mustahil (impossible is nothing = never ever)*.

Ironi saya tak berhenti di sini, saya mulai kacau akhir-akhir ini, seperti junkist keluar panti, buta layaknya pria paruh baya pembawa berita duka, selayak perahu tanpa nahkoda dan tak tau tempat berlabuh. Satu pertanyaan yang selalu terpikir “kapan ini berakhir ?”, tiga kata yang amat sangat sederhana, tapi takkan pernah ada penjelasan untuk hal itu. Saya hanya bisa berharap, semoga ini cepat berakhir. Amin ya Allah.

Tapi saya mencoba bersikap realistis, mencoba membuka lembar baru di atas tumpukan yang tlah usang. “1 : 4”, mestinya saya menyadari itu dari dulu, tak melayang seperti ini, tak tau kapan akan turun. Mungkin saya terlalu bodoh, terlena oleh janji implisit, seperti menanti ¼ hati yg tlah jauh hari pergi, dan tak tau kapan hati itu kembali.

Ah, entahlah, dari sekian banyak persimpangan, kenapa saya bisa masuk ke arah itu ? *ibaratnya begitu*. Saya memang tak mengerti cara berbagi hati, mungkin itu hanya untuk mereka yang berhati marukh, hhe. Saya tahu, ini bukan saat yg tepat utk membahas tentang hati. Tapi inilah kehidupan, terkadang kita dihadapkan kepada sisi sejalan, tapi jangan menganggap ini ironi jika suatu saat kita mendapat sisi yang lain. Jalani dengan wajah mengadah setiap opsi dalam hidup ini !

you're today

Halimun begitu pekat pagi tadi, dan saya masih tak percaya, mengapa saya masih berada di samping kalian. Hal pertama yang saya syukuri, menjadi bagian dari berbagai heterogen, dan masih melihat wajah kalian yang sedu sedan. Suatu anugrah bersama kalian, rindang menerjang, sejuk menusuk, dan hangat menyengat. Kalian adalah instropeksi kemarin, elegi hari ini, keajaiban esok hari.

Nur begitu terik siang tadi, dan saya masih tak percaya, mengapa saya masih berdiri di sisi kalian. Terima kasih untuk selama ini, hangat dan rindang, menyengat dan gersang mesti kita telan, rhapsody pun menjadi kawan akan pendewasaan. Langkah yang berat memang, tapi tak apa kawan ! menjadi kita akan lebih bermakna !

Oranye tampak samar sore tadi, sekali lagi saya masih bertanya mengapa saya masih di sini. Langkah awal dari sebuah pencapaian, menjadi sosialis pembunuh rasis, menjadi oase di kalahari, menjadi pencerah akan sudah. Kita membasmi ? atau sebaliknya ? cepat lambat detik menjadi menit, senin menjadi senin lagi, dan entah apalagi.

Bulan tak tampak malam tadi, dan mengapa saya masih di sisi kalian ? hal yang seharusnya terjadi, ruh ini ingin kembali , namun jiwa belum sepenuhnya ada. maav utk selama ini :’( saya terlalu bodoh, tersudut oleh keadaan, menjadi absolute karenanya. Saya memang mencintainya, tapi tak melebihi cintaku pada Allah SWT. hehe

Dengan siapa Anda berimaji?

Foto saya
Klaten, Jawa Tengah, Indonesia
Terima kasih yang sudah berkunjung, saya Yogie Budi P hanya ingin berbagi imaji kepada kalian.